Jumat, 26 Maret 2010

PILIHAN TABULAMPOT

Pada tabulampot air dan pupuk dapat diserap sampai 80 persen. Sedangkan pada tanaman biasa air dan pupuk menyebar ke sekitarnya. Tinggal di perkotaan tapi ingin memuaskan hobi sekaligus memiliki kebun buah-buahan?

Bisa. Ada tabulampot
(tanaman buah-buahan dalam pot). Tak perlu lahan yang lapang, cukup di tempat terbatas, dan dapat diatur sesuai keinginan. Dalam kaleng bekas cat, drum, atau wadah-wadah lainya. Mediumnya pun bermacam. Tanah adalah medium yang biasa.
Atau, Anda dapat memanfaatkan sekam.

"Sekarang model seperti ini lagi tren," kata Marsono, konsultan pertanian dan
pemasaran dari PT Niaga Swadaya pada pameran tanaman yang diselenggarakan
Trubus di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pekan silam.

Sebenarnya menanam tanaman buah dalam pot sudah lama dilakukan orang. Setelah
besar biasanya tanaman dipindahkan ke lahan. Namun, tabulampot baru menjadi
tren karena kini dianggap indah, dan bila dibisniskan hasilnya memuaskan.

Tabulampot bisa menjadi solusi bagi yang ingin berkebun di lahan sempit. Dengan
memanfaatkan lahan yang tidak luas, beberapa jenis tanaman bisa ditempatkan
dalam lokasi yang berdekatan. Selain itu, hampir semua jenis tanaman
buah-buahan bisa ditanam dalam tabulampot. Seperti sawo, mangga, rambutan,
jeruk, belimbing, kedondong, jambu air, nangka, salak, dan lainnya. "Hampir
semua, bisa kecuali durian, bisa dijadikan tabulampot. Sebab, akar durian tidak
fleksibel seperti tanaman lain. Mungkin nanti suatu saat kalau teknologinya
sudah ada pasti bisa," tutur Marsono.

Dari semua jenis tabulampot, yang paling mudah ditanam adalah mangga dan jambu
air. Sedangkan tanaman lainnya perlu ketekunan karena memiliki karakter yang
berbeda. Selain itu, pada tabulampot proses berbuahnya lebih cepat dibanding
tanaman biasa. Mangga tabulampot, misalnya, bisa berbuah dalam waktu sekitar
tiga tahun. Mangga biasa perlu waktu hingga lima tahun.

Itu karena tabulampot ditanam di tempat yang terbatas sehingga pasokan air
maupun pupuk bisa diatur sesuai keinginan dan tidak tersebar ke mana-mana.
Berbeda dari tanaman biasa yang ditanam di atas lahan, pasokan air dan pupuk
bisa menyebar ke tempat sekitarnya sehingga kebutuhan tanaman pada dua hal itu
berkurang. "Pada tabulampot penyerapan air dan pupuk sampai 80 persen," kata
Marsono.

Bila sudah tumbuh besar, tabulampot bisa dipindah ke tempat lain yang lebih
besar. Rasa buahnya juga tidak berbeda dari tanaman biasa. Merawatnya juga
tidak jauh berbeda dari tanaman biasa yang memerlukan air, pupuk, penggemburan,
penyemprotan hama, dan sanitasi lingkungan.

Terbatas

Memiliki tabulampot bukan tanpa kelemahan. Karena peredaran akarnya dibatasi,
otomatis kemampuan berbuahnya juga terbatas. Sebatang mangga tabulampot
maksimal bisa menghasilkan buah antara lima sampai delapan untuk sekali musim
panen. Berbeda dari pohon biasa yang jumlahnya bisa banyak. Kalau dipaksakan
tanaman bisa tidak berbuah di musim berikutnya, atau mati. "Karena itu,
sebaiknya tabulampotnya banyak sehingga jumlahnya sama dengan sebuah pohon
biasa."

Usia sebuah tabulampot mangga maksimal sekitar 10 tahun. Pohon mangga biasa
bisa puluhan tahun. Bagi yang hobi, kendala itu tidak menjadi masalah. Banyak
orang yang bisa meraih sukses dengan hobi ini. Bahkan bisa mengembangkannya
hingga berbuah dalam jumlah besar. "Mengurusnya sama dengan mengurus anak,"
kata Wahidin Yunus, pengembang tabulampot yang sukses.

Ia tertarik menjalankan hobi ini karena memang menyukai tanaman, dan lagipula
tabulampot bisa dilakukan di lahan terbatas. Bermodal pekerjaannya di Sudin
Pertanian Pemprov DKI dan lahan 1.000 meter persegi di kawasan Cimanggis,
Bogor, ia memulai hobinya sejak empat tahun silam.

Hobi coba-coba itu tanpa disangka bisa berkembang pesat sampai kini. Wahidin
mengatakan memiliki sekitar 100 pohon mangga, semangka, dan beberapa pohon lain
seperti kedondong, rambutan, nangka dan sebagainya. Resep keberhasilan
bisnisnya ini berkat informasi yang rajin ia serap dari berbagai pertemuan
maupun pameran tentang tabulampot dan usahanya yang tanpa henti.

Selain itu, Wahidin menerapkan kiat yang sedikit berbeda dari pengembang
tabulampot lainnya. Ia menggunakan sekam padi, pupuk, dan tanah merah. Ia
menanam tabulampot dengan komposisi 4:1:2 (empat ember sekam padi, satu ember
pupuk kandang, dan dua ember tanah merah). "Cara seperti ini memudahkan kita
memindahkan tanaman ke tempat lain," ujarnya.

Bila tanaman terus berkembang, drum yang digunakan sebagai tempat menyimpan
tabulampot jebol karena berkarat. Agar akar tidak tembus ke tanah, Wahidin
mengganjal alas drum dengan batu bata secukupnya guna mencegah akar pohon masuk
ke dalam tanah.

Tabulampot Mangga Paling Diminati

Dari tabulampot buah-buahan, tanaman mangga yang paling diburu pecinta
tabulampot. Marsono, konsultan pertanian dan pemasaran PT Niaga Swadaya,
mengungkapkan, tabulampot mangga yang belum berbuah biasanya dijual sekitar Rp
200 ribu per pohon. Namun, yang sudah berbuah bisa mencapai Rp 400 ribu lebih
per pohon. "Soalnya sudah terbukti berbuah dan terlihat cukup menarik," katanya
beralasan.

Ucapan Marsono itu dibuktikan oleh Wahidin Yunus, salah seorang pengembang
tabulampot yang sukses. Tanaman mangganya yang ia buat tabulampot dengan modal
sekitar Rp 100 ribu ia bisa menjual kembali seharga Rp 1,5 juta.

Mangga tabulampot miliknya bisa menghasilkan buah hingga 40 buah sekali musim
panen. Ia mengakui, tanaman mangga paling mudah dijadikan tabulampot karena itu
tanaman ini menjadi favorit para penggemar tabulampot, baik pemula maupun yang
sudah lama.

Harga bibitnya relatif tidak terlalu mahal, yakni sekitar Rp 50 ribu hingga Rp
60 ribu dengan tinggi sekitar satu meter tiap pohon. "Biasanya sekitar enam
bulan sudah bisa panen," ungkap Marsono.

Tentang bibitnya, Wahidin Yunus, salah seorang pengembang tabulampot yang
sukses, mengaku memburunya hingga sampai ke Majalengka, Jawa Barat. Kawasan itu
memiliki bibit tanaman, terutama untuk tabulampot, yang baik. (republika online)

1 komentar:

  1. informasi yang sungguh bermanfaat,,
    terima kasih banyak pa.,,

    BalasHapus