Jumat, 26 Maret 2010

PILIHAN TABULAMPOT

Pada tabulampot air dan pupuk dapat diserap sampai 80 persen. Sedangkan pada tanaman biasa air dan pupuk menyebar ke sekitarnya. Tinggal di perkotaan tapi ingin memuaskan hobi sekaligus memiliki kebun buah-buahan?

Bisa. Ada tabulampot
(tanaman buah-buahan dalam pot). Tak perlu lahan yang lapang, cukup di tempat terbatas, dan dapat diatur sesuai keinginan. Dalam kaleng bekas cat, drum, atau wadah-wadah lainya. Mediumnya pun bermacam. Tanah adalah medium yang biasa.
Atau, Anda dapat memanfaatkan sekam.

"Sekarang model seperti ini lagi tren," kata Marsono, konsultan pertanian dan
pemasaran dari PT Niaga Swadaya pada pameran tanaman yang diselenggarakan
Trubus di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pekan silam.

Sebenarnya menanam tanaman buah dalam pot sudah lama dilakukan orang. Setelah
besar biasanya tanaman dipindahkan ke lahan. Namun, tabulampot baru menjadi
tren karena kini dianggap indah, dan bila dibisniskan hasilnya memuaskan.

Tabulampot bisa menjadi solusi bagi yang ingin berkebun di lahan sempit. Dengan
memanfaatkan lahan yang tidak luas, beberapa jenis tanaman bisa ditempatkan
dalam lokasi yang berdekatan. Selain itu, hampir semua jenis tanaman
buah-buahan bisa ditanam dalam tabulampot. Seperti sawo, mangga, rambutan,
jeruk, belimbing, kedondong, jambu air, nangka, salak, dan lainnya. "Hampir
semua, bisa kecuali durian, bisa dijadikan tabulampot. Sebab, akar durian tidak
fleksibel seperti tanaman lain. Mungkin nanti suatu saat kalau teknologinya
sudah ada pasti bisa," tutur Marsono.

Dari semua jenis tabulampot, yang paling mudah ditanam adalah mangga dan jambu
air. Sedangkan tanaman lainnya perlu ketekunan karena memiliki karakter yang
berbeda. Selain itu, pada tabulampot proses berbuahnya lebih cepat dibanding
tanaman biasa. Mangga tabulampot, misalnya, bisa berbuah dalam waktu sekitar
tiga tahun. Mangga biasa perlu waktu hingga lima tahun.

Itu karena tabulampot ditanam di tempat yang terbatas sehingga pasokan air
maupun pupuk bisa diatur sesuai keinginan dan tidak tersebar ke mana-mana.
Berbeda dari tanaman biasa yang ditanam di atas lahan, pasokan air dan pupuk
bisa menyebar ke tempat sekitarnya sehingga kebutuhan tanaman pada dua hal itu
berkurang. "Pada tabulampot penyerapan air dan pupuk sampai 80 persen," kata
Marsono.

Bila sudah tumbuh besar, tabulampot bisa dipindah ke tempat lain yang lebih
besar. Rasa buahnya juga tidak berbeda dari tanaman biasa. Merawatnya juga
tidak jauh berbeda dari tanaman biasa yang memerlukan air, pupuk, penggemburan,
penyemprotan hama, dan sanitasi lingkungan.

Terbatas

Memiliki tabulampot bukan tanpa kelemahan. Karena peredaran akarnya dibatasi,
otomatis kemampuan berbuahnya juga terbatas. Sebatang mangga tabulampot
maksimal bisa menghasilkan buah antara lima sampai delapan untuk sekali musim
panen. Berbeda dari pohon biasa yang jumlahnya bisa banyak. Kalau dipaksakan
tanaman bisa tidak berbuah di musim berikutnya, atau mati. "Karena itu,
sebaiknya tabulampotnya banyak sehingga jumlahnya sama dengan sebuah pohon
biasa."

Usia sebuah tabulampot mangga maksimal sekitar 10 tahun. Pohon mangga biasa
bisa puluhan tahun. Bagi yang hobi, kendala itu tidak menjadi masalah. Banyak
orang yang bisa meraih sukses dengan hobi ini. Bahkan bisa mengembangkannya
hingga berbuah dalam jumlah besar. "Mengurusnya sama dengan mengurus anak,"
kata Wahidin Yunus, pengembang tabulampot yang sukses.

Ia tertarik menjalankan hobi ini karena memang menyukai tanaman, dan lagipula
tabulampot bisa dilakukan di lahan terbatas. Bermodal pekerjaannya di Sudin
Pertanian Pemprov DKI dan lahan 1.000 meter persegi di kawasan Cimanggis,
Bogor, ia memulai hobinya sejak empat tahun silam.

Hobi coba-coba itu tanpa disangka bisa berkembang pesat sampai kini. Wahidin
mengatakan memiliki sekitar 100 pohon mangga, semangka, dan beberapa pohon lain
seperti kedondong, rambutan, nangka dan sebagainya. Resep keberhasilan
bisnisnya ini berkat informasi yang rajin ia serap dari berbagai pertemuan
maupun pameran tentang tabulampot dan usahanya yang tanpa henti.

Selain itu, Wahidin menerapkan kiat yang sedikit berbeda dari pengembang
tabulampot lainnya. Ia menggunakan sekam padi, pupuk, dan tanah merah. Ia
menanam tabulampot dengan komposisi 4:1:2 (empat ember sekam padi, satu ember
pupuk kandang, dan dua ember tanah merah). "Cara seperti ini memudahkan kita
memindahkan tanaman ke tempat lain," ujarnya.

Bila tanaman terus berkembang, drum yang digunakan sebagai tempat menyimpan
tabulampot jebol karena berkarat. Agar akar tidak tembus ke tanah, Wahidin
mengganjal alas drum dengan batu bata secukupnya guna mencegah akar pohon masuk
ke dalam tanah.

Tabulampot Mangga Paling Diminati

Dari tabulampot buah-buahan, tanaman mangga yang paling diburu pecinta
tabulampot. Marsono, konsultan pertanian dan pemasaran PT Niaga Swadaya,
mengungkapkan, tabulampot mangga yang belum berbuah biasanya dijual sekitar Rp
200 ribu per pohon. Namun, yang sudah berbuah bisa mencapai Rp 400 ribu lebih
per pohon. "Soalnya sudah terbukti berbuah dan terlihat cukup menarik," katanya
beralasan.

Ucapan Marsono itu dibuktikan oleh Wahidin Yunus, salah seorang pengembang
tabulampot yang sukses. Tanaman mangganya yang ia buat tabulampot dengan modal
sekitar Rp 100 ribu ia bisa menjual kembali seharga Rp 1,5 juta.

Mangga tabulampot miliknya bisa menghasilkan buah hingga 40 buah sekali musim
panen. Ia mengakui, tanaman mangga paling mudah dijadikan tabulampot karena itu
tanaman ini menjadi favorit para penggemar tabulampot, baik pemula maupun yang
sudah lama.

Harga bibitnya relatif tidak terlalu mahal, yakni sekitar Rp 50 ribu hingga Rp
60 ribu dengan tinggi sekitar satu meter tiap pohon. "Biasanya sekitar enam
bulan sudah bisa panen," ungkap Marsono.

Tentang bibitnya, Wahidin Yunus, salah seorang pengembang tabulampot yang
sukses, mengaku memburunya hingga sampai ke Majalengka, Jawa Barat. Kawasan itu
memiliki bibit tanaman, terutama untuk tabulampot, yang baik. (republika online)

TABULAMPOT JAMBU AIR (2)

Tanaman jambu air (Syzygium aqueum) diduga sebagai tanaman asli Indonesia, ada juga yang menduga berasal dari India dan Asia tenggara. Jambu air ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Jambu air merupakan tanaman menahun (parensial) dan berbuah dua kali setahun, bulan Juli dan September. Ketinggian pohon bisa mencapai 7 meter.
Buah jambu air mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin C serta air. Bagian yang dapat dimakan dari buah jambu air sebanyak 90%.

Jambu air banyak jenis dan varitasnya, antara lain Cincola, Lilin, Semarang, Apel, Camplong, Bangkok dan lain-lain.
Jambu air dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat rendah sampai 1.000 m dari permukaan laut (dpl). Katinggian tempat yang optimal adalah 3 - 500 m dpl. Jambu air memerlukan curah hujan yang cukup, tetapi hujan pada saat berbunga akan merontokkan bunganya. Tanah yang cocok adalah tanah yang subur, gembur, banyak humus, aerasi dan drainase baik serta pH tanah 4 - 8.

Jambu air dapat diperbanyak dengan biji, cangkok, sambung, okulasi dan stek. Kecuali dengan biji, cara perbanyakan di atas memiliki keuntungan antara lain cepat berbuah, memiliki sifat yang sama dengan induknya dan tanaman tidak terlalu tinggi.

Untuk penanaman di pot pilihlah bibit berasal cangkok, karena dari beberapa cara perbanyakan tersebut bibit cangkok paling cepat berbuah. Pencangkokan yang baik dilakukan pada musim hujan, karena pertumbuhan akar lebih cepat dan dapat mengurangi penyiraman. Pilihlah cabang atau ranting yang sudah pernah berbuah dan banyak daunnya. Kupas kulitnya sepanjang kira-kira 3 cm. Diamkan 1 - 4 minggu. Tutup dengan media moss (lumut) yang sudah dibasahi dan bungkus dengan plastik transparan (plastik kresek putih) atau sabut kelapa, setelah 3 bulan akar terlihat tumbuh memeuhi media cangkok dan cangkokan sudah dapat di potong.

Pakailah pot yang sesuai dengan ukuran tanamannya, misalnya pot dengan diameter 30 cm dan tinggi 35 cm atau yang lebih besar. Makin besar ukuran pot makin mudah tanaman untuk tumbuh normal.

Isilah pot dengan ijuk atau pecahan genteng setebal 5 cm sebagai penahan keluarnya media tanam saat penyiraman. Kemudian isi dengan media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan volume yang sama sampai penuh.
Sesudah cangkokan dipotong, kurangi daun sampai setengahnya, untuk mengurangi penguapan. Kalau bibit terlalu tinggi bisa dipotong agar tanaman yang baru ditanam nantinya tidak sering tergoyang karena angin atau penyiraman.

Penanaman yang baik dilakukan pada saat suhu udara rendah seperti pagi atau sore hari. Lubangi media tanam seukuran bungkusan akar cangkokan. Buka plastik pembungkus akar cangkokan dan bibit dapat ditanam di pot. Tempatkan tanaman pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sampai tanaman bertunas baru dan tumbuh kokoh, sesudah itu secara bertahap ditempatkan pada tempat yang terkena sinar matahari penuh.
Penyiraman 1 atau 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari terutama pada musim kemarau. Penggemburan media tanam dilakukan apabila media tanam sudah mengeras dan padat, dilakukan hati-hati agar tidak merusak akar. Penggemburan juga dapat dilakukan dengan menyiramkan AgriSC sebanyak 1 - 1,5 cc/liter air.

Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk tanaman. Setiap pemangkasan akan memunculkan tunas baru, pilihlah 3 tunas baru untuk ditumbuhkan. Makin banyak cabang dan ranting, makin banyak tempat keluarnya bunga. Pemangkasan juga dilakukan untuk membuang tunas liar yang biasanya tumbuh cepat lurus ke atas atau membuang tunas yang sakit dan tidak produktif.

Pemupukan untuk jambu air yang belum berbuah dilakukan setiap bulan dengan memberikan Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 15 gram (3 sendok makan). Pupuk ditanam sekeliling pinggiran media tanam, dan lakukan penyiraman setiap selesai memupuk. Pemupukan untuk jambua iar yang sudah berbuah atau akan berbuah dilakukan 2 atau 3 kali setahun menjelang berbuga dengan Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1:2:1 sebanyak 15 gram (3 sendok makan). Sebagai tambahan dapat diberikan pupuk daun seperti Gandasil D (untuk pertumbuhan vegetatif) dan Gandasil B (untuk pertumbhan generatif) setiap seminggu sekali dengan dosis seperti anjuran dikemasannya.

Setiap 3 -5 tahun sekali dapat dilakukan pergantian pot kalau ukuran pot sudak tidak mencukupi atau pot rusak. Kalau tidak mengganti pot, maka media tanamnya saja yang diganti. Potonglah sekitar 5 cm media tanam beserta akar disekeliling pinggir dan bagian bawah media tanam deng pisau tajam secara pelan, kemudian tanam kembali dengan menambahkan media tanam yang baru. Setiap pemotongan akar harus diimbangi dengan pengurangan daun, kalau tidak tanaman secara alami akan melayukan dan menggugurkan daunnya.
Terlepas dari petunjuk teknis di atas, perawatan yang terbaik adalah perhatian kita terhadap tanaman tersebut. Makin diperhatikan biasanya tanaman akan memberikan hasil yang kita harapkan. (ficusbenyamina.blogspot.com)

TABULAMPOT JAMBU AIR MEMPESONA

Spektakuler! Itu kata yang tepat untuk menyebut penampilan sepot "tabulampot jambu air" di Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor. Sekitar 50 buah berukuran lebih besar daripada telur bebek menggerombol di batang utama. Lazimnya buah Syzygium samarangense itu muncul di ujung tajuk.

‘Ini memang keistimewaan mekarsari,’ tutur Ir AF Margianasari, kepala Produksi Buah TWM. Jambu air yang bibitnya diperoleh dari Bogor itu buahnya 80% muncul di batang. Sisanya di ranting dan ujung cabang. Jambu air lain justru sebaliknya, mayoritas buah-hampir 75-80%-keluar di ranting dan ujung cabang.

Eddy Soesanto, penangkar di Jakarta Timur, pernah mengamati pembuahan pada jambu air kaget dan lilin. ‘Jambu kaget dan lilin bisa berbuah di ujung cabang dan di batang utama. Tapi itu hanya 20-25% dari total populasi buah,’ ujarnya. Pada jambu jenis lain malah hanya 1-2 dompol yang muncul di batang.

Mutasi Ir Wijaya, MS, penangkar buah di Bogor, malah belum pernah melihat tabulampot jambu air berbuah di batang. ‘Ini abnormal dan merupakan hal baru,’ katanya waktu mendengar informasi tentang rose apple di TWM itu. Menurut mantan peneliti di Kebun Percobaan Cipaku, Bogor, itu, sifat spesifik jambu air memang berbuah di ranting atau ujung cabang. Bunga yang nantinya menjadi buah muncul dari tunas vegetatif yang membawa daun. Pada jambu air mekarsari calon bunga justru keluar langsung di batang tanpa didahului daun.

Wijaya menduga, munculnya buah di batang karena pemicu tertentu. ‘Misal lingkungan ekstrem yang menyebabkan tanaman stres,’ katanya. Karena stres, terjadi penyimpangan dari sifat asli.

Perubahan karakter itu bisa jadi bersifat genetis jika kejadiannya konsisten pada setiap musim dan diturunkan pada anakan. Menurut Margianasari selama 10 tahun pengamatan sejak 1997, tanaman induk mekarsari selalu berbuah di batang. Pun tanaman turunannya. Salah satunya yang Trubus lihat berbuah lebat di batang pada penghujung Januari 2008.

Margianasari sepakat jika karakter berbuah mekarsari di batang bersifat genetis. ‘Sepertinya tunas generatif-bunga-jambu air mekarsari lebih responsif ketimbang tunas vegetatifnya,’ tuturnya. Makanya kerabat cengkih itu bisa berbuah di batang tanpa perlakuan khusus. Kejadian serupa ditemukan pada jambu air delima asal Demak. Buah-buah jambu air delima muncul di batang, bukan di ujung tajuk.

Tabulampot Sifat berbuah di batang pada jambu air mekarsari menguntungkan. Berdasar pengamatan TWM ukuran buah di batang 2 kali lebih besar ketimbang yang di ranting atau ujung cabang. Bobot buah di batang mencapai 80-90 g per buah. Lagi pula rasanya lebih manis karena pasokan nutrisi yang nantinya diubah menjadi zat gula lebih besar ketimbang di cabang atau ranting.

Dipadu warna buah yang hijau dengan semburat merah di pantat, ia cantik sebagai tabulampot. Buah berbentuk lonceng berkumpul di batang utama, batang sekunder, maupun tersier. Mirip seperti penampilan tabulampot belimbing yang diatur berbuah di batang. ‘Supaya buah lebih terekspos, pangkas daun yang menghalangi buah,’ kata Eddy. Pemangkasan daun juga membuat sinar matahari masuk ke dalam tajuk sehingga warna buah lebih cerah. (Evy Syariefa)

Sumber : Trubus

TABULAMPOT KELENGKENG/LENGKENG (2)

Cara Menanam di Pot

Menanam lengkeng/kelengkeng di pot (tabulampot) tentu berbeda caranya dibanding menanamnya di atas tanah halaman atau kebun. Butuh trik tersendiri untuk menanam dalam pot agar tanaman tumbuh subur, meski media tanam dan haranya terbatas.

Caranya, letakkan styrofoam setebal 5 cm di bagian dasar pot, mengikuti bentuk pot. Pecahan genting atau batu bata juga bisa menggantikan styrofoam, tapi akan membuat pot lebih berat. Pemasangan ini bertujuan agar air yang disiramkan bisa turun dan keluar dari pot.

“Kalau airnya banyak enggak keluar, pertumbuhan pohon jadi enggak maksimal. Sebab, di situ kan, ada cacingnya juga. Media tanam yang enggak tepat juga bisa membuat pohon tidak tumbuh baik,” jelas Tardi. Di atas styrofoam, masukkan campuran tanah, pupuk kandang dan pasir, atau serutan kayu dengan perbandingan 2:1:1.

Tinggi campuran tanah ini sekitar 20 cm. Masukkan pohon lengkeng, lalu masukkan campuran tanah, pupuk, dan serutan kayu atau sekam sebagai penutup. Terakhir, siram pohon sampai air keluar dari bagian bawah pot.

Untuk perawatan selanjutnya, cukup siram pohon dua hari sekali dan lakukan pemangkasan cabang serta buah. Tardi menambahkan, pohon lengkeng bisa langsung dipindahkan ke pot tanpa harus diaklimatisasi alias disesuaikan dulu dengan cuaca di tempat tanamnya.

Soal wadah yang dipilih untuk menanam, bisa tergantung selera. Drum yang dibelah lebih awet selama lima tahun sebagai pot. Namun, pot plastik diameter 70 cm pun boleh. Hanya saja, lebih mudah pecah.

Untuk menghindari hama lengkeng yaitu kutu putih, tutup buah dengan keranjang anyaman bambu. Untuk menghilangkan kutu, semprot dengan insektisida atau sikat daun yang terkena kutu dengan sikat gigi. Bila daun yang terkena cukup banyak, rontokkan daun agar segera tumbuh daun baru.

Agar Berbuah Lebat

1. Memangkas
Saat tajuk pertama muncul, disarankan untuk dipangkas agar buah yang dihasilkan bisa rindang alias tidak tinggi.

2. Menyiram
Cara menyiram harus benar, karena volume media tanamnya tak banyak. Jadi, dua hari sekali harus disiram sampai airnya keluar meluber dari pot bagian bawah.

3. Pupuk
Selalu gunakan pupuk kandang, agar hasilnya lebih baik dan pohon tumbuh subur. Untuk tabulampot, setiap 3 bulan sekali (minimal 6 bulan sekali) ambil separuh tanah yang jadi media tanamnya, masukkan pupuk kandang ke dalam pot dan tutup lagi dengan sedikit tanah. Siram dengan air sampai tanah benar-benar basah.

Cara ini akan membuat daun muda cepat tumbuh, sehingga cepat berbunga. Pupuk kimia seperti NPK boleh digunakan, tapi cukup sedikit saja, sebulan sekali. Penggunaan potasium klorat yang dikenal sebagai bahan peledak juga bisa digunakan untuk merangsang pertumbuhan bunga, walaupun lengkeng sebetulnya tetap bisa berbuah tanpa harus dirangsang. Penggunaan pupuk kimia justru membuat tanah jadi keras.

4. Perontokan
Umumnya, lengkeng pada pembuahan pertama dagingnya kurang tebal. Ketebalan daging baru bisa dilihat setelah lengkeng 2-3 kali berbuah. Agar mendapatkan buah yang maksimal, rontokkan bunga yang pertama kali muncul. Sehingga, cabang akan bertambah dan bunga akan makin banyak. Bila bunga kedua sudah muncul tapi cabang belum ada, bunga bisa kembali dirontokkan.

5. Ganti Media
Masa produktif tabulampot lengkeng adalah usia 3 – 10 tahun. Agar tetap produktif selama masa itu, setidaknya setahun sekali ganti media tanamnya agar tidak keras, atau beri pupuk kandang.

6. Cangkok
Tabulampot yang sudah tinggi dan besar bisa dicangkok untuk dijadikan beberapa tanaman baru. Sehingga cabang yang tumbuh tak akan besar, karena bagian atasnya sudah dipangkas dan pohon jadi rimbun.(tabloisnova.com)

TABULAMPOT KELENGKENG/LENGKENG (1)

Menanam lengkeng dalam pot? Mengapa tidak! Lengkeng sekarang sudah “modern”, sudah bisa berbuah meski tinggi pohon cuma dua jengkal.

Aturan” yang menyebutkan perlunya pohon lengkeng berjenis kelamin sepasang – laki-laki dan perempuan – agar si pohon bisa berbuah, kini tak berlaku lagi. Penantian bertahun-tahun yang dulu dilakukan agar si mata naga ini bisa dipetik dan dirasakan manisnya, juga sirna.

Kini, berkat kemajuan di dunia pertanian, buah lengkeng sudah bisa berbuah meski pohon terbilang masih pendek. “Lengkeng sekarang sudah modern,” ujar Sutardi, pemilik Bimo Nursery di kawasan Tangerang. Maka, bila Anda penggemar buah bulat yang manis ini, tak perlu pusing bila hanya punya lahan sempit di rumah.

Menanam lengkeng dalam pot kini menjadi pilihan banyak orang. Meski hasilnya memang tak sebaik bila ditanam di tanah yang memiliki jumlah hara lebih banyak, bukan berarti tabulampot (tanaman buah dalam pot) lengkeng yang kini jadi tren tak berbuah maksimal, lho!

Selain daunnya bisa rimbun, tabulampot lengkeng juga bisa berbuah banyak. Jenis pingpong, misalnya, meski tingginya hanya dua jengkal orang dewasa, sudah bisa berbuah, karena memang sifat pohonnya yang sudah mampu berbuah sejak kecil.

Hanya saja, jumlah buahnya memang lebih sedikit bila pohonnya masih kecil. Makin besar pohon, makin banyak buahnya. Namun, ukuran buah relatif tak jauh berbeda. Kecil atau besarnya buah tergantung dari banyaknya buah dalam satu pohon. Jika dalam pot berat buah sudah lebih dari 10 kg, ukuran buahnya akan kecil.

“Jadi, jumlah buah untuk tabulampot umumnya diperjarang, agar ukurannya membesar. Kalau tidak, ukuran buah jadi tidak maksimal,” papar Tardi sambil menambahkan, selain memperjarang buah, memangkas cabang yang tak perlu juga harus dilakukan agar pohon tumbuh maksimal.


Pingpong Jadi Idola
Benarkah lengkeng hanya bisa tumbuh subur di kawasan dataran tinggi? “Enggak, kok, lengkeng zaman sekarang cocok saja ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Tapi memang, sih, di daerah yang sejuk akan lebih bagus tumbuhnya,“ papar Tardi.

Lengkeng juga, lanjutnya, tak perlu ditanam sepasang (berjenis kelamin laki-laki dan perempuan) seperti pada zaman nenek moyang dulu agar bisa berbuah. Untuk bisa berbuah, jenis-jenis lengkeng masa kini yang kebanyakan dari Thailand cukup membutuhkan satu pohon saja, dan tak perlu tumbuh tinggi.

Lengkeng juga punya banyak jenis, baik lokal maupun impor. Menurut Tardi, semua jenis lengkeng umumnya bisa ditanam dalam pot. Beberapa jenis di antaranya, diamond river, itoh, kristal, pingpong, puang rai, dan lengkeng aroma durian.

Kebanyakan bibitnya berasal dari Thailand. Diamond river memiliki daun berwarna hijau cerah dengan panjang 10 cm, buahnya berdaging tebal, berair, biji kecil dan beraroma. Jenis itoh yang ukuran buahnya sebesar uang logam Rp 500 memiliki ciri buah mirip diamond river, tapi ukuran daunnya sekitar dua kali panjangnya.

Daun kristal mirip dengan daun itoh, berwarna hijau muda dan kurus, dengan buah berdaging setebal 4-5 mm, kering, kenyal, dan sangat manis. Yang kini sedang jadi “idola” dan paling banyak dicari adalah jenis pingpong, dengan daun berbentuk oval dan melengkung ke bawah, warna daun lebih gelap dibanding diamond river.

Sesuai namanya, jenis ini menghasilkan buah berukuran sebesar bola pingpong, dengan daging tipis, biji besar, kering, dan beraroma. “Semua lengkeng pasti manis. Tapi, manis atau tidaknya buah biasanya tergantung curah hujan. Makin banyak curah hujan, manisnya berkurang,” papar Tardi, seraya mengatakan, lengkeng impor banyak juga yang dikawinsilangkan oleh petani lokal, sehingga menghasilkan jenis baru.

Semakin besar pohon, semakin banyak buah yang dihasilkannya. Itu pula penyebab makin tinggi pohonnya, makin mahal harganya. Pohon setinggi 1 meter harganya mulai Rp 300 ribu, sedangkan yang tingginya 2 meter harganya mulai Rp 600 ribu. Lengkeng jenis diamond river dan lainnya relatif lebih murah, sekitar separuh harga jenis pingpong.

Bila diamond river dan jenis-jenis lain dengan ketinggian pohon 50 – 70 cm dijual dengan harga sekitar Rp 45 ribu, harga jenis pingpong sekitar Rp 70 ribu. Sedangkan lengkeng rasa durian harganya bisa mencapai dua kali lipat dari pingpong.

Lengkeng “modern” yang perawatannya tidak sulit, menurut Tardi, tak kenal musim panen. Setiap selesai dipanen, pohon langsung siap berbunga. “Tiga bulan sekali berbuah. Kalau sekarang panen, bulan berikutnya tumbuh daun dan berbunga lagi. Jadi, sepanjang tahun bisa berbuah,” jelasnya lagi. Yang penting, imbuhnya, cara penyiraman harus benar, agar daun tak rontok dan berwarna kuning.

Usia 2 – 3 bulan atau pohon setinggi sejengkal tangan orang dewasa, lengkeng sudah bisa berbuah, meski buahnya tak banyak dan belum besar. Tabulampot lengkeng setinggi 1,5 m dan bercabang banyak yang ditanam dalam drum bisa menghasilkan 5 – 8 kg buah dalam sekali panen.

Mungkinkah lengkeng mogok berbuah? “Ya, mungkin saja. Penyebabnya bisa karena terlalu gemuk atau rindang. Cara mengatasinya, pangkas saja cabang-cabang yang tidak perlu,” pungkas Tardi. (tabloidnova.com)

TABULAMPOT JERUK NIPIS TANPA BIJI

Bisnis - Tabulampot tampaknya kini semakin digemari. Satu yang masih digandrungi adalah tabulampot jeruk nipis tanpa biji. Bagaimana menanamnya dan apa pula kelebihannya.
Budidaya Tabulampot Jeruk Nipis Tanpa Biji
Berkat kemajuan teknologi di bidang pertanian, akhirnya bisa diperoleh jeruk nipis “tanpa biji” atau lebih popoler disebut “nonbiji”. Apa beda jeruk nipis berbiji dengan jeruk nipis nonbiji? Tanaman jeruk nipis berbiji antara lain dicirikan dengan buahnya yang berukuran kecil, berbiji, dan habitus tanaman relatif kecil (pendek). Sedangkan jeruk nipis nonbiji memiliki buah lebih gede ketimbang jeruk nipis berbiji, tidak mengandung biji, dan habitus tanaman relatif besar.

Di samping ditanam di pekarangan, tanaman jeruk nipis nonbiji (Citrus aurantifolia) juga bisa ditanaman dalam pot. Bahkan kini, tabulampot jeruk nipis nonbiji ini menjadi kebanggaan tersendiri. Kenapa? Alasan pertama karena ia memiliki profil tanaman yang cantik dan dapat dibentuk menjadi pendek. Kedua, dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Ketiga, mudah dipelihara dan dikembangbiakkan, serta yang keempat, dapat dipindah-pindahkan sesuai keinginan.

Jeruk nipis nonbiji dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, yakni dengan okulasi, stek cabang, dan cangkok. Namun , sebagai langkah awal, Anda dapat membeli bibit jeruk ini yang berasal dari okulasi. Sebab menurut pengalaman, dari bibit okulasi akan menjadi tanaman dewasa yang tahan terhadap gangguan dan lebih cepat berbuah.

POT DAN MEDIA
Kita mengenal beberapa jenis pot, dengan bahan baku, bentuk dan warna yang bermacam rupa. Misalnya, pot dari semen, plastik, keramik, dan porselen dalam berbagai ukuran dan bentuk. Yang penting, ukuran pot disesuaikan dengan ukuran tanaman jeruk nipis nonbiji. Jika tanaman tersebut masih kecil, bisa dipakai pot berdiameter sekitar 20 - 40 cm. Tetapi, jika jeruk nipis nonbiji sudah gede, perlu dipindahkan ke pot berdiameter 50 - 60 cm. Beri lubang pada bagian dasar pot untuk membuang kelebihan air. Juga, pot sebaiknya memiliki kaki. Gunanya agar tampak bersih, sekaligus membantu memperlancar proses aerasi dan drainase.

Setelah pot disiapkan, kiranya perlu juga memikirkan media tanamnya. Beberapa persyaratan dalam pemilihan dan penyiapan media tanam antara lain: mudah merembeskan air yang berlebihan, tidak mengandung wabah hama dan penyakit, serta mengandung unsur hara, gembur, subur, dan kaya bahan aorganik.

Media tanam ini pun bergantung selera dan kebutuhan kita. Ada yang komposisinya campuran antara tanah, sekam, dan humus bambu (1 : 1 : 1), atau campuran antara tanah, pasir, dan pupuk kandang (1 : 1 : 1), atau campuran antara tanah, pupuk kandang, dan serbuk gergaji (2 : 1 : 1). Tersedia pula media tanam modern, campuran tanah dengan pupuk organik Super TW-Plus (6 : 1)

Setelah itu, dilanjutkan dengan pengisian media tanam ke dalam pot. Caranya, tutup lubang pada dasar pot dengan pecahan genteng atau batu bata merah. Isikan selapis pecahan genteng tersebut di dasar pot. Lalu, hamparkan selapis humus di atas pecahan genting dan isikan media tanam pilihan Anda hingga mencapai setengah bagian pot.

TANAM DAN PERAWATAN
Tatacara bertanam tabulampot jeruk nipis nonbiji adalah sebagai berikut. Siram media dalam polybag yang berisi bibit jeruk nipis nonbiji hingga basah. Kemudian, balikkan posisi polybag sembari ditepuk-tepuk bagian dasarnya, agar bibit keluar bersama media dan akar-akarnya. Pangkaslah sebagian cabang, ranting, dan daun yang tidak berguna. Hal ini untuk mengurangi terjadinya penguapan.

Adapun cara penanaman bibitnya adalah sebagai berikut. Letakkan bibit jeruk nipis nonbiji tepat di tengah-tengah pot secara tegak. Timbun dengan sisa media tanam tadi hingga penuh, sembari dipadatkan di sekitar pangkal bibit. Siram sampai cukup basah, bahkan bila perlu, untuk menambah kesuburan media, dapat ditambah dengan humus Gro-mate dengan dosis 1,5 - 2 cc/liter air, atau pembelah tanah Agri-SC dengan dosis 3 - 5 cc/liter.

Langkah lanjut, letakkan tabulampot jeruk nipis nonbiji pada tempat yang benar. Artinya, tempat itu terbuka, terkena sinar matahari pada pagi hari hingga pukul 11, aman dari segala gangguan, dan lingkungan sekitarnya pun mendukung. Dengan demikian, tabulampot jeruk nipis nonbiji akan tumbuh subur dan produktif berbuah. Jika memiliki lebih dari satu tabulampot jeruk nipis nonbiji, bisa diletakkan berjajar dan teratur. Tetapi juga dimungkinkan tidak berjajar, karena harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang penting, jarak antar-pot sekurang-kurangnya 2 x 2 meter.

Jangan lupa, lakukan penyiraman. Caranya, dengan mengalirkan air melalui selang plastik ke dalam pot hingga cukup basah. Cara lain, melakukan teknik penyiraman dengan sistem sumbu dan sistem irigasi tetes sederhana.
Juga, meski media tanam yang digunakan sudah mengandung pupuk, sebaiknya tetap dilakukan pemupukan susulan. Sebulan setelah tanam, beri pupuk Urea, TSP dan KCL (2 : 2 : 1), dengan ukuran per pohon 2 sendok makan. Campuran tersebut dibenamkan di sekeliling pot sedalam 10 cm.

Kemudian, jika tabulampot jeruk nipis nonbiji mulai berbunga, beri pupuk NPK (15 – 15 - 15) dengan takaran per pohon 1 sendok makan, yang terlebih dulu dilarutkan dalam 10 liter air. Siramkan cairan pupuk pada media hingga cukup basah. Jika tanaman sudah rutin berbuah, tetap lakukan pemupukan sekurang-kurangnya 4 bulan sekali. Gunakan pupuk NPK (15 – 15 - 15) sebanyak 1 sendok makan per pohon, langsung benamkan sedalam 10 cm di sekeliling pot.

Sekurang-kurangnya ada tiga hama yang seringkali mengintai sekaligus menyerang tabulampot jeruk nipis nonbiji, yakni ulat papilio, kutu daun, dan lalat buah. Ulat papilio (Papilio memnon) acapkali menyerang daun dan tunas muda. Akibatnya, daun rusak berlubang-lubang bahkan gundul. Sedangkan kutu daun (Aphistavirisi) mengisap cairan pada bagian pucuk atau daun muda, sehingga pertumbuhan daun jeruk busuk lalu berguguran.
Nah, untuk mengendalikan ketiga hama tersebut, dapat dilakukan beberapa tindakan antara lain memotong bagian tanaman (daun, batang, buah) yang terserang berat, mengurangi daun yang terlalu rimbun, atau semprot dengan pestisida seperti Hostathiom 40 EC, Kelthane 200 EC, dan Cymbush 50 EC.

BENTUK POHON DAN PENGATURAN BUAH
Kita ketahui bersama bahwa kecantikan penampilan tabulampot, termasuk tabulampot jeruk nipis nonbiji, terletak pada kondisi tanaman yang pendek, mahkota bagus, dan tunas-tunas bunga-buah selalu terangsang tumbuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembentukan pohon dan pengaturan buah.

Idealnya, memakai rumusan “139”. Artinya, hanya 1 batang utama (pokok) yang dipelihara pada ketinggian 80 - 100 cm, lantas 3 cabang primer terpilih sepanjang 30 - 50 cm, dan 9 cabang sekunder terpilih sepanjang 30 - 50 cm. Pemangkasan dilakukan pada musim penghujan. Setelah dipangkas, pada setiap luka pangkasan diolesi cat atau ter.

Untuk merangsang pembungaan tabulampot jeruk nipis nonbiji, dilakukan teknik pengertian media tanam. Caranya, media tanam dalam pot selama beberapa hari sengaja tidak disiram (tapi awas, jangan sampai layu permanen). Setelah itu, siram sedikit demi sedikit, dan keringkan lagi hingga tanaman tampak layu, lalu siram perlahan-lahan sampai cukup basah. Perlakuan ini memakan waktu sekitar 4 - 6 minggu. Diharapkan bisa berbunga. Andaikata tetap tidak berbunga, tambahkan pupuk TSP sebanyak 50 gr/pot.

Terkadang, untuk menjaga agar tanaman berbuah sepanjang tahun, dan buah-buah itu tetap bagus, digunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Beberapa ZPT dapat dipakai seperti Hobsanol, Atonik, Ethrel, Cultar, dan sebagainya. Anda bisa membelinya di toko/kios pertanian terdekat.

Namun demikian, Anda juga perlu mengatur pembuahan. Oleh sebab itu, buah pertama sebaiknya dibuang seluruhnya. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan tunas-tunas produktif, sehingga pembungaan dan pembuahan lebih dekat. Jika buah-buah jeruk nipis nonbiji itu terlalu dekat, sebaiknya juga dijarangkan, agar buah-buah yang dipetik cukup besar dan relatif besar. Waktu penjarangan dilakukan pada saat buah masih ‘pentil’ seukuran kelereng.

BISA TINGKATKAN GAIRAH SEKSUAL
Selain kaya vitamin dan mineral. buah jeruk nipis nonbiji juga mengadung zat bioflanid, asam sitrat, dan minyak atsiri limonen. Beberapa khasiat dan manfaat jeruk nipis nonbiji lainnya adalah sebagai berikut:

- Gairah seksual meningkat
Ambil jeruk nipis nonbiji, lalu potong dan peras untuk diambil airnya. Tambahkan kuning telur ayam kampung dan sedikit gula merah. Aduk sampai merata. Minumlah seminggu sekali.

- Bikin Suara Merdu
Ambil dua buah jeruk nipis nonbiji, lalu potong dan peras untuk diambil airnya. Tambahkan sedikit kapur sirih, kemudian diaduk dan sembari diberi satu sendok madu asli. Silakan diminum seminggu sekali selama sebulan.

- Usir Batuk
Siapkan 3 buah keruk nipis nonbiji. Potonglah menjadi dua bagian yang sama, lalu oleskan kapur sirih pada kedua bidang potongan tadi. Takupkan kembali, lalu tusuk dengan lidi, dan panggang di atas perapian sampai keluar buih-buih kapur sirih. Oleskan buah kapur sirih pada bagian tenggorokan. Juga, peras buah jeruk nipis nonbiji dan ambil airnya, lalu minum.

- Turunkan demam
Siapkan 4 buah jeruk nipis nonbiji. Setiap jeruk dipotong menjadi 4 bagian. Peraslah dan ambil airnya, lalu kukus air jeruk tersebut selama 30 menit. Angkat dan biarkan hingga suam-suam kuku. Tambahkan sedikit ragi tape dan 4 siung bawang merah yang telah dimemarkan, alu aduk sampai merata. Oleskan pada sekujur tubuh anak yang sedang pana

sumber http://arsif.info/index asp

BUDIDAYA TAMBULAMPOT DI KOTA

Solusi Pertanian di Perkotaan

Untuk menyalurkan hobi di bidang pertanian tidak perlu memiliki lahan yang cukup luas. Kini ada cara bertanam di lahan sempit, tabulampot namanya.

Bagi mereka yang punya hobi bertani tapi tidak memiliki lahan yang cukup luas, jangan bingung. Kini, media pot bukan hanya cocok untuk tanaman hias, tapi juga bisa untuk budidaya tanaman buah-buahan, seperti jambu batu, jambu air, atau rambutan. Tanaman buah dalam pot alias tabulampot, begitu istilahnya. “Ini menjadi salah satu solusi bagi pecinta dunia pertanian di perkotaan,” kata Ajie Jimmy Chandra dari Kebun Matari ketika mengikuti Flora Expo 2008 di Lapangan Banten, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Ajie Jimmy lalu mengambil contoh hidup di kota Jakarta, jarang sekali perumahan memiliki lahan yang luas untuk menyalurkan hobi bertani para penghuninya. Apalagi mereka yang bertempat tinggal di apartemen, sama sekali tak memiliki lahan. Nah, media pot, kata pemiliki kebun Matari ini, merupakan salah jalan keluarnya. Sebab, telah terbukti bahwa di dalam pot pun tanaman buah bisa menghasilkan buah.

Tapi, Eddy Soetrisno dari Tebuwulung Nursery segera mengingatkan, jangan terpeleset dengan pengertian tabulampot itu. Banyak orang mengartikan tabulampot sebagai tanaman buah yang ditanam di dalam pot. Pengertian yang betul, menurut Eddy, tanaman buah di dalam pot yang dapat berbuah. “Kalau misalnya tanaman durian di dalam pot tidak bisa berbuah maka nggak bisa dikatakan tabulampot. Tanaman itu hanya berfungsi sebagai tanaman pelindung atau penghijauan,” jelas Eddy.

Bertanam buah-buahan di dalam pot awalnya hanya kegiatan iseng. Ceritanya, pada awal 1980-an ada beberapa penangkar melakukan pembibitan buah-buahan dengan media pot. Bibit yang dipakai adalah bibit yang sudah tidak laku dijual. “Maklumlah di era itu, penjualan tanaman belum semeriah sekarang ini,” ungkap Eddy.

Ternyata hasilnya diluar dugaan. Tanaman buah-buahan di dalam pot itu ternyata bisa menghasilkan buah atau berbuah. Dan, sejak itulah tabulampot menjadi tren. “Dibanding tanaman hias, tabulampot kini menjadi tren yang tak akan pernah surut dan terus stabil sepanjang tahun,” kata Eddy. Karena tabulampot memiliki fungsi ganda, yaitu selain memenuhi unsur estetika – buanya bermunculan dengan warna yang semarak dan bentuknya yang indah – juga sebagai tanaman konsumsi, buahnya bisa dimakan.

Cara budidaya TABULAMPOT..!!!

Menurut Eddy, untuk membudidayakan tabulampot tidaklah terlalu sulit. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah syarat tumbuhnya. Tanaman ini tidak bisa makan dan minum kalau tidak di kasih. Karena itu media tanamnya harus subur dan poros -- artinya kalau tanaman ini disiram maka airnya cepat keluar. Soalnya, kalau air terlalu lama mengendap di dalam pot, maka bisa mengakibatkan akar tanaman membusuk dan mati.

Kemudian, perlu dilakukan perawatan khusus, terutama untuk tanaman buah yang pertumbuhan akarnya cepat. Setahun sekali tabulampot perlu dibongkar dan akarnya dicukur atau memotong akar yang sudah tua. Tapi, pemotongan (pencukuran) akar tidak perlu dilakukan pada pohon yang pertumbuhan akarnya lambat, seperti nangka. Dan, tak kalah pentingnya dalam pemeliharaan tabulampot adalah pemberian pupuk.

Pada umumnya, semua jenis tanaman tabulampot pertumbuhan akarnya memang cepat, kecuali nangka. Kalau akar dibiarkan tumbuh tanpa dicukur, maka akarnya akan menjadi padat, dan itu akan menyebabkan pertumbuhan pohon akan lambat atau bisa berakibat fatal, mati. “Soalnya, yang mencari makan adalah akar muda, bukan akar yang sudah tua,” ujar alumnus Desain Interior Institut Seni Indonesia Jogjakarta ini.

Gampang atautidaknya dalam membudidayakan tabulampot diukur dari lamanya pemeliharaan dan cepat tidak tanaman itu berbuah. Makin lamanya tanaman itu berbuah, maka tingkat pemeliharaannya semakin sulit. Contohnya tanaman yang mudah pembudidayaannya antara lain jambu air, jambu biji, belimbing, dan beberapa jenis mangga. Tanaman ini biasa berbuah dalam jangka waktu satu tahun.

Sedangkan yang termasuk tanaman yang sulit dibudidayakan, seperti nangka dan jenis mangga gedong gincu yang waktu pemeliharaannya hingga berbuah mencapai 4 tahuan. Untuk tanaman jenis ini memerlukan perawatan yang ekstra hati-hati, sebab kalau salah dalam pemeliharaannya bisa tidak menghasilkan buah, alias gagal.

Tapi, Eddy sekarang memfokuskan diri pada tanaman buah koleksi atau eksotik fruit, seperti tanaman gandaria manis atau mayong chip, buah naga kuning, kelengkeng itoh, cempedak king dari Malaysia, zaboticaba, dan miracle fruit. Kenapa memilih buah-buahan koleksi? “Saya pengen sesuatu yang beda,” ucap eddy.

Tapi, yang jelas alasan Eddy paling masuk akal, karena tanaman buah kolektor memiliki nilai jual yang tinggi ketimbang tanaman buah biasa. Kalau tabulampot biasa paling harga bibitnya berkisar Rp50 ribu hingga 200 ribuan per pohon, sedangkan untuk jenis eksotis fruit harga (bibit) bisa mencapai jutaan rupiah per pohon.

(sumber:http://evi-sutadi.blogspot.com/2008/11/tabulampot.html)