Jumat, 26 Maret 2010

TABULAMPOT KELENGKENG/LENGKENG (1)

Menanam lengkeng dalam pot? Mengapa tidak! Lengkeng sekarang sudah “modern”, sudah bisa berbuah meski tinggi pohon cuma dua jengkal.

Aturan” yang menyebutkan perlunya pohon lengkeng berjenis kelamin sepasang – laki-laki dan perempuan – agar si pohon bisa berbuah, kini tak berlaku lagi. Penantian bertahun-tahun yang dulu dilakukan agar si mata naga ini bisa dipetik dan dirasakan manisnya, juga sirna.

Kini, berkat kemajuan di dunia pertanian, buah lengkeng sudah bisa berbuah meski pohon terbilang masih pendek. “Lengkeng sekarang sudah modern,” ujar Sutardi, pemilik Bimo Nursery di kawasan Tangerang. Maka, bila Anda penggemar buah bulat yang manis ini, tak perlu pusing bila hanya punya lahan sempit di rumah.

Menanam lengkeng dalam pot kini menjadi pilihan banyak orang. Meski hasilnya memang tak sebaik bila ditanam di tanah yang memiliki jumlah hara lebih banyak, bukan berarti tabulampot (tanaman buah dalam pot) lengkeng yang kini jadi tren tak berbuah maksimal, lho!

Selain daunnya bisa rimbun, tabulampot lengkeng juga bisa berbuah banyak. Jenis pingpong, misalnya, meski tingginya hanya dua jengkal orang dewasa, sudah bisa berbuah, karena memang sifat pohonnya yang sudah mampu berbuah sejak kecil.

Hanya saja, jumlah buahnya memang lebih sedikit bila pohonnya masih kecil. Makin besar pohon, makin banyak buahnya. Namun, ukuran buah relatif tak jauh berbeda. Kecil atau besarnya buah tergantung dari banyaknya buah dalam satu pohon. Jika dalam pot berat buah sudah lebih dari 10 kg, ukuran buahnya akan kecil.

“Jadi, jumlah buah untuk tabulampot umumnya diperjarang, agar ukurannya membesar. Kalau tidak, ukuran buah jadi tidak maksimal,” papar Tardi sambil menambahkan, selain memperjarang buah, memangkas cabang yang tak perlu juga harus dilakukan agar pohon tumbuh maksimal.


Pingpong Jadi Idola
Benarkah lengkeng hanya bisa tumbuh subur di kawasan dataran tinggi? “Enggak, kok, lengkeng zaman sekarang cocok saja ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Tapi memang, sih, di daerah yang sejuk akan lebih bagus tumbuhnya,“ papar Tardi.

Lengkeng juga, lanjutnya, tak perlu ditanam sepasang (berjenis kelamin laki-laki dan perempuan) seperti pada zaman nenek moyang dulu agar bisa berbuah. Untuk bisa berbuah, jenis-jenis lengkeng masa kini yang kebanyakan dari Thailand cukup membutuhkan satu pohon saja, dan tak perlu tumbuh tinggi.

Lengkeng juga punya banyak jenis, baik lokal maupun impor. Menurut Tardi, semua jenis lengkeng umumnya bisa ditanam dalam pot. Beberapa jenis di antaranya, diamond river, itoh, kristal, pingpong, puang rai, dan lengkeng aroma durian.

Kebanyakan bibitnya berasal dari Thailand. Diamond river memiliki daun berwarna hijau cerah dengan panjang 10 cm, buahnya berdaging tebal, berair, biji kecil dan beraroma. Jenis itoh yang ukuran buahnya sebesar uang logam Rp 500 memiliki ciri buah mirip diamond river, tapi ukuran daunnya sekitar dua kali panjangnya.

Daun kristal mirip dengan daun itoh, berwarna hijau muda dan kurus, dengan buah berdaging setebal 4-5 mm, kering, kenyal, dan sangat manis. Yang kini sedang jadi “idola” dan paling banyak dicari adalah jenis pingpong, dengan daun berbentuk oval dan melengkung ke bawah, warna daun lebih gelap dibanding diamond river.

Sesuai namanya, jenis ini menghasilkan buah berukuran sebesar bola pingpong, dengan daging tipis, biji besar, kering, dan beraroma. “Semua lengkeng pasti manis. Tapi, manis atau tidaknya buah biasanya tergantung curah hujan. Makin banyak curah hujan, manisnya berkurang,” papar Tardi, seraya mengatakan, lengkeng impor banyak juga yang dikawinsilangkan oleh petani lokal, sehingga menghasilkan jenis baru.

Semakin besar pohon, semakin banyak buah yang dihasilkannya. Itu pula penyebab makin tinggi pohonnya, makin mahal harganya. Pohon setinggi 1 meter harganya mulai Rp 300 ribu, sedangkan yang tingginya 2 meter harganya mulai Rp 600 ribu. Lengkeng jenis diamond river dan lainnya relatif lebih murah, sekitar separuh harga jenis pingpong.

Bila diamond river dan jenis-jenis lain dengan ketinggian pohon 50 – 70 cm dijual dengan harga sekitar Rp 45 ribu, harga jenis pingpong sekitar Rp 70 ribu. Sedangkan lengkeng rasa durian harganya bisa mencapai dua kali lipat dari pingpong.

Lengkeng “modern” yang perawatannya tidak sulit, menurut Tardi, tak kenal musim panen. Setiap selesai dipanen, pohon langsung siap berbunga. “Tiga bulan sekali berbuah. Kalau sekarang panen, bulan berikutnya tumbuh daun dan berbunga lagi. Jadi, sepanjang tahun bisa berbuah,” jelasnya lagi. Yang penting, imbuhnya, cara penyiraman harus benar, agar daun tak rontok dan berwarna kuning.

Usia 2 – 3 bulan atau pohon setinggi sejengkal tangan orang dewasa, lengkeng sudah bisa berbuah, meski buahnya tak banyak dan belum besar. Tabulampot lengkeng setinggi 1,5 m dan bercabang banyak yang ditanam dalam drum bisa menghasilkan 5 – 8 kg buah dalam sekali panen.

Mungkinkah lengkeng mogok berbuah? “Ya, mungkin saja. Penyebabnya bisa karena terlalu gemuk atau rindang. Cara mengatasinya, pangkas saja cabang-cabang yang tidak perlu,” pungkas Tardi. (tabloidnova.com)

2 komentar:

  1. cara ngrawatya gimana jikaklengkeng tukula n

    BalasHapus
  2. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan TR-04 untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus